NAMANYA
sejak lahir Sugiono. Dikampungnya di panggil Oon. Orangtuanya menyebutnya
lanang. Tapi di kelas III IPA, dia mempunyai panggilan kesayangan Pak Ion.
Soalnya dia guru kimia.dan anak-anak kelas III IPA terkenal pintar memberikan
nama kesayangan buat guru-guru faforit mereka.
ibu Yeni misalnya, yang mengajar
Biologi. Dia lebih dikenal dengan Ibu
Joyce. Soalnya meskipun memakai rok, cara belajarnya mirip pelawak laki-laki
yang sedang berlakon sebagai perempuan.
Pak Pandu lain lagi. Anak-anak
IPA sudah hampir lupa siapa namanyayang sebenarnya. Karena yang mancung
mulutnya bukan hidungnya, dia dipanggil Pak Bemo. Dan karena dia tidak marah,
anak-anak berani memanggil demikian meskipun didepan yang punya nama itu
sendiri.
Ibu Joyce dan Pak Bemo teermasuk
dua diantara sekian gelintir guru-guru faforit kelas III IPA. Soalnya mereka
tidak galak. Tidak suka marah-marah. Senangg bergurau. Senang mengobrol
walaupun waktu pelajaran. Dan penuh pengertian pada murid-murid yang nyontek
waktu ulangan.
Mereka sering tidak masuk jadi
anak-anak punya waktu kabur main video game yang saat itu belum dilarang.
Mereka senang membonceng murid sampai kerumah kalau pulang sekolah. Tentu saja
membonceng anak yang punya mobil, sehingga hubungan antara Guru dan anak
didiknya bertambah akrab.
Mereka sering datang terlambat.
Jadi kalau ada murid kebetulan datang terlambat, mereka bisa memaklumi.
Terlambat bangun. Hujan. Bis yang penuh sesak. Atau kadang-kadang tanpa alasan pun tak apa-apa.
mereka sama-sama senang tukar
menukar majalah. Pinjam meminjam Novel. Dan sama-sama suka jajan.
Ibu Joyce sering memanggil salah
seorang muridnya untuk tolong membelikan kue-kue di kantinn waktu istirahat.
Soalnya di ruang guru tanya disediakan segelas teh.
Pak Bemo juga hampir tiap hari
menyuruh meridnya tolong belikan rokok di depan sekolah. Uangnya sih nanti
diganti kalau pesananya sudah datang. Tapi biasanya anak-anak sungkan menerima
uang penggantinya.
Masa uang sebegitu saja di ganti!
Yang pinjam kan Guru sendiri! Pengganti orangtua di sekolah. Tokoh yang mesti
di hormati. Begitu yang diajarkan mereka disekolah maupun di rumah.
Jadi biasanya murid-murid
menolakuang yang di beerikan Ibu Joyce dan Pak Bemo. Apa sih artinya sebungkus
rokok dan tiga pisang goreng? Cuma
beberapa ratus rupiah aja kok.!
Tetapi kalau kebetulan yang di
suruh murid yang prihatin kantongnya seperti fitri, persoalannya jadi lain.
Uang yang dimilikonya tiap hari hanya cukup buat naik bus. Bagaimana dia bisa
membelikan rokok atau kue untuk gurunya?
Menerima uang pengganti Gurunya
dia malu. Teman-temannya kan selalu menolak di ganti. Tidak di terima berarti
dia tidak naik bus. Jalan kaki ke rumahnya tidak mungkin. Terlalu jauh. Panas
lagi. Kalau dia sakit, uang untuk beli obat berarti uang untuk ongkos naik bis.
Jadi serba salah, karena takutnya
ketemu Pak B emo dan Ibu Joyce
waktu istirahat, fitri sampai
bersembunyi saja di kelas. Daripada disuruh beli kue!
Mula-mula fitri juga tidak
menyadari keadaan yang sudah bertahun-tahun terjadi disekolahnya itu. Sudah
salah kaprah. Yang salah juga sudah tidak kelihatan lagi kesalahnya. Tapi sejak
kedatangan Pak Ion, dia menggantikan Pak Bemo yang mendadak harus pulang
kedaerahnya untuk menikah. Yang salah kaprah itu sudah mulai kelihatan
bopengnya.
Pak Ion tidak pernah datang
terlambat. Jadi murid yang terlambat datang ke kelas akan dihukum kalau tidak
dapat memberikan alasan yang tepat. Dia tidak pernah menggunakan waktu belajar
untuk bergurau atau mengobrol yang tidak perlu. Dia langsung menyobek kertas
bagi murid yang ketahuan saat menyontek waktu ulangan.
“Mau jadi apa kamu kalau
kebudayaan nyotek di biarkan terus” geramnya sengit. Mau generasi penjiplak ya?
Pak Ion tidak pernah meminta
diboncengi murid-muridnya waktu pulang sekolah. Dengan motor bututnya yang
hampir setiap hari selalu dijahili anak-anak iseng. Dia hendak membuktikan cara
belajar yang paling benar adalh dengan menampilakn wibawa yang dimiliki oleh
pendidik itu sendiri.
Tetapi yang paling di kagumi fitri,
setip kali menyuruh muridnya untuk membeli sesuatu kalau dia sedang sibuk, Pak
Ion selalu menyertakan uangnya. Bila murid itu menolak uangnya, dia akan minta
tolong kepada murid lain.
Mula-mula dia memang di benci.
Bukan oleh murid-muridnya saja. Bahkan juga oleh beberapa guru. Dia dianggap
terlalu kaku.
Ketika baru datang disekolah itu,
tidak pernah satu hari saja yang lewat tanpa kerusakan motornya. Kalau bannya
tidak kempes, tentu saja kaca spionnya yang hilang. Dia malah pernah di
serempet dengan mobil muridnya sendiri yang diskors karena sudah tiga kali
ketahuan nyontekdan selalu terlambat masuk kelas.
Ketika dia kelihatanya semakin
akrab dengan fitri dan sudah dipergoki sedang ngobrol berdua waktu istirahat,
dia nyaris dikeroyok oleh murid-muridnya sendiri.
Awang, pacar fitri yang
mengorganisir pengeroyokan itu baru menyesal waktu fitri menjelaskan mengapa
mengapa mereka sering mengobrol berdua akhir-akhir ini.
“Kau ingat waktu beberapa minggu
yang lalu aku minta ijin pada ibu Joyce untuk keluar sebentar waktu pelajaran
Biologi?” tanya fitri sambil menghapus air matanya. Kau menemui dia?” geram
awang yang masih meledak-ledak dibakar kemarahannya sendiri. “Aku ke WC. Sakit
perut.” Disana kau ketemu dia!” Ya. Aku memang ketemu Pak Ion di WC. Kurang
ajar. Bukan seperti yang kusangka.!. abis ngapain kalian disitu?. Mula-mula aku
juga sampai kaget. Tidak sangka akan ketemu Pak Ion disana. Lalu kalian berdoa
bersama? Ejek Awng sinis. Dia sedang terbatuk-batuk,Wang. Oh.......begitu?
lantas kau yang menyeka keringatnya? Dengar dulu! Kasu menuduh kami sejelek itu.”
Aku benci padanya! Guru sih begitu. Dia satu-satunya Guru yang pantas di
hormati di sekolah ini, Wang!” itu kata mu. Kau masih mau dengar aku tidak?
Bentak Fitri kesal.
Sampai dimana tadi? Oh ya, kau
kaget melihatnya! Muka mu pasti merah karena malu. Dan kau tersipu-sipu
menunduk.....” Dia juga kaget melihatku. Tapi aku lebih terkejut lagi, Wang.
Sapu tangan yang dipakinya untuk menutup mulutnya waktu batuk tadi belum sempat
di sembunyikannya......dan sapu tangan itu penuh dengan noda-noda darah! Kali Awang
tidak menyela. Tidak mengejek. Dia hanya diam mendengarkan.
Hanya kepadaku akhirnya dia mau
berterus terang. Dia mengidap tbc, Wang. Air mata mengalir deras ke pipoi
Fitri. Kautahu artinya penyakit itu untuk seorang gutu!”
Dia tidak boleh lagi menjadi
Guru!” seru Awang dengan mata terbelalak ketakutan. Dia sedang mengingat-ingat
sudah berapa kalid ia berhadapan denga Pak Ion dan menghitung sudah berapa
juta kuman tbc yang sudah di transfer ke
paru-parunya. Dia bisa menularkan penyakit itu kepada kita semua!”
Itu juga yyang menyusahkan
hatinya. Dia harus lapor kepala sekolah! Kalau tidak biar kita yang lapor!” Dia
pasti di hentikan, Wang!” Daripada kita kena sanatorium?”
Kau tidak mengerti. Pak Ion
justru mengawatirkan kita. Pelajaran Kimia kita ketinggalan sekali. Masih
banyak bahan yang belum diajarkan Pak Bemo padahal ujian sudah dekat. Cari guru
lain! Aku tidak mau kelas kitaberubah menjadi sanatorium tbc.
Mencari Guru baru itu tidak
gampang. Dan Guru baru perlu penyesuaian lagi. Ujian kita sudah dekat. Lebih
baik nggak lulus daripada paru-paru ku bolong!” justru itu yang selalu
dikeluhkan Pak Ion kepadaku. Wang. Dia bingung. Cuma kepadaku dia bisa mengadu.
Dan aku begitu sering ngobrol di
dekatmu. Keluh Awang dalam hati. Entah sudah berapa banyak kuman tbc yang di
paru-paru mu. Untung aku belum pernah mencium mu.
Pak Ion memang akhirnya keluar
dari sekolah itu. Suatu hari dia dipanggil menghadap ke kantor kepala sekolah.
Entah siapa yang mengadu. Salah seorang muridnya. Atau salah seorang rekannya sesama
guru. Dia hanya meminta waktu untuk mencarikan seorang pengganti. Seorang Guru
kimia yang bertanggung jawab. Selama itu dia berusaha sedapat mungkin tidak
mngadakan kontak langsung dengan murid-muridnyaseperti yang selama ini
dilakukanya.
Jika dia ingin batuk, dia akan
menutup mulutnya baik-baik dengan sehelai sapu tangan tangan dan keluar dari
kelas. Dia tidak membuang dahaknya di mana-mana. Dan dia berjanji akan berobat
lebih rajin lagi.
Pak Ion memang hanya sebentar
mengajrar di sekolah itu. Tetapi kesan yang di tinggalkanya sangat berbekas di
hati murid-muridnya. Dalm waktu beberapa bulan saja. Dia telah melakukan begitu banyak hal untuk mendidik
murid-muridnya, jauh lebih berarti daripada yang telah dilakukan oleh guru-guru
lain bertahun-tahun sebelumnya.
Di sana Pak Ion telah menerapkan
wibawa seorang pendidik adalah pangkal kedisiplinan bagi anak didiknya.
Sekaligus dia juga telah membuka mata rekan-rekannya, yang muda tak selalu
salah. Kadang-kadang gurulah yang melopori kesalahan.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
0 komentar:
Posting Komentar