Selasa, 29 Mei 2012

Yang Muda yang Selalu SAlah




NAMANYA sejak lahir Sugiono. Dikampungnya di panggil Oon. Orangtuanya menyebutnya lanang. Tapi di kelas III IPA, dia mempunyai panggilan kesayangan Pak Ion. Soalnya dia guru kimia.dan anak-anak kelas III IPA terkenal pintar memberikan nama kesayangan buat guru-guru faforit mereka.                                                                   

ibu Yeni misalnya, yang mengajar Biologi.  Dia lebih dikenal dengan Ibu Joyce. Soalnya meskipun memakai rok, cara belajarnya mirip pelawak laki-laki yang sedang berlakon sebagai perempuan.

Pak Pandu lain lagi. Anak-anak IPA sudah hampir lupa siapa namanyayang sebenarnya. Karena yang mancung mulutnya bukan hidungnya, dia dipanggil Pak Bemo. Dan karena dia tidak marah, anak-anak berani memanggil demikian meskipun didepan yang punya nama itu sendiri.

Ibu Joyce dan Pak Bemo teermasuk dua diantara sekian gelintir guru-guru faforit kelas III IPA. Soalnya mereka tidak galak. Tidak suka marah-marah. Senangg bergurau. Senang mengobrol walaupun waktu pelajaran. Dan penuh pengertian pada murid-murid yang nyontek waktu ulangan.

Mereka sering tidak masuk jadi anak-anak punya waktu kabur main video game yang saat itu belum dilarang. Mereka senang membonceng murid sampai kerumah kalau pulang sekolah. Tentu saja membonceng anak yang punya mobil, sehingga hubungan antara Guru dan anak didiknya bertambah akrab.

Mereka sering datang terlambat. Jadi kalau ada murid kebetulan datang terlambat, mereka bisa memaklumi. Terlambat bangun. Hujan. Bis yang penuh sesak. Atau  kadang-kadang tanpa alasan pun tak apa-apa.

mereka sama-sama senang tukar menukar majalah. Pinjam meminjam Novel. Dan sama-sama suka jajan.

Ibu Joyce sering memanggil salah seorang muridnya untuk tolong membelikan kue-kue di kantinn waktu istirahat. Soalnya di ruang guru tanya disediakan segelas teh.

Pak Bemo juga hampir tiap hari menyuruh meridnya tolong belikan rokok di depan sekolah. Uangnya sih nanti diganti kalau pesananya sudah datang. Tapi biasanya anak-anak sungkan menerima uang penggantinya.

Masa uang sebegitu saja di ganti! Yang pinjam kan Guru sendiri! Pengganti orangtua di sekolah. Tokoh yang mesti di hormati. Begitu yang diajarkan mereka disekolah maupun di rumah.

Jadi biasanya murid-murid menolakuang yang di beerikan Ibu Joyce dan Pak Bemo. Apa sih artinya sebungkus rokok dan  tiga pisang goreng? Cuma beberapa ratus rupiah aja kok.!

Tetapi kalau kebetulan yang di suruh murid yang prihatin kantongnya seperti fitri, persoalannya jadi lain. Uang yang dimilikonya tiap hari hanya cukup buat naik bus. Bagaimana dia bisa membelikan rokok atau kue untuk gurunya?

Menerima uang pengganti Gurunya dia malu. Teman-temannya kan selalu menolak di ganti. Tidak di terima berarti dia tidak naik bus. Jalan kaki ke rumahnya tidak mungkin. Terlalu jauh. Panas lagi. Kalau dia sakit, uang untuk beli obat berarti uang untuk ongkos naik bis.

Jadi serba salah, karena takutnya ketemu Pak B emo dan Ibu  Joyce waktu  istirahat, fitri sampai bersembunyi saja di kelas. Daripada disuruh beli kue!

Mula-mula fitri juga tidak menyadari keadaan yang sudah bertahun-tahun terjadi disekolahnya itu. Sudah salah kaprah. Yang salah juga sudah tidak kelihatan lagi kesalahnya. Tapi sejak kedatangan Pak Ion, dia menggantikan Pak Bemo yang mendadak harus pulang kedaerahnya untuk menikah. Yang salah kaprah itu sudah mulai kelihatan bopengnya.

Pak Ion tidak pernah datang terlambat. Jadi murid yang terlambat datang ke kelas akan dihukum kalau tidak dapat memberikan alasan yang tepat. Dia tidak pernah menggunakan waktu belajar untuk bergurau atau mengobrol yang tidak perlu. Dia langsung menyobek kertas bagi murid yang ketahuan saat menyontek waktu ulangan.

“Mau jadi apa kamu kalau kebudayaan nyotek di biarkan terus” geramnya sengit. Mau generasi penjiplak ya?

Pak Ion tidak pernah meminta diboncengi murid-muridnya waktu pulang sekolah. Dengan motor bututnya yang hampir setiap hari selalu dijahili anak-anak iseng. Dia hendak membuktikan cara belajar yang paling benar adalh dengan menampilakn wibawa yang dimiliki oleh pendidik itu sendiri.

Tetapi yang paling di kagumi fitri, setip kali menyuruh muridnya untuk membeli sesuatu kalau dia sedang sibuk, Pak Ion selalu menyertakan uangnya. Bila murid itu menolak uangnya, dia akan minta tolong kepada murid lain.

Mula-mula dia memang di benci. Bukan oleh murid-muridnya saja. Bahkan juga oleh beberapa guru. Dia dianggap terlalu kaku.

Ketika baru datang disekolah itu, tidak pernah satu hari saja yang lewat tanpa kerusakan motornya. Kalau bannya tidak kempes, tentu saja kaca spionnya yang hilang. Dia malah pernah di serempet dengan mobil muridnya sendiri yang diskors karena sudah tiga kali ketahuan nyontekdan selalu terlambat masuk kelas.

Ketika dia kelihatanya semakin akrab dengan fitri dan sudah dipergoki sedang ngobrol berdua waktu istirahat, dia nyaris dikeroyok oleh murid-muridnya sendiri.

Awang, pacar fitri yang mengorganisir pengeroyokan itu baru menyesal waktu fitri menjelaskan mengapa mengapa mereka sering mengobrol berdua akhir-akhir ini.

“Kau ingat waktu beberapa minggu yang lalu aku minta ijin pada ibu Joyce untuk keluar sebentar waktu pelajaran Biologi?” tanya fitri sambil menghapus air matanya. Kau menemui dia?” geram awang yang masih meledak-ledak dibakar kemarahannya sendiri. “Aku ke WC. Sakit perut.” Disana kau ketemu dia!” Ya. Aku memang ketemu Pak Ion di WC. Kurang ajar. Bukan seperti yang kusangka.!. abis ngapain kalian disitu?. Mula-mula aku juga sampai kaget. Tidak sangka akan ketemu Pak Ion disana. Lalu kalian berdoa bersama? Ejek Awng sinis. Dia sedang terbatuk-batuk,Wang. Oh.......begitu? lantas kau yang menyeka keringatnya? Dengar dulu! Kasu menuduh kami sejelek itu.” Aku benci padanya! Guru sih begitu. Dia satu-satunya Guru yang pantas di hormati di sekolah ini, Wang!” itu kata mu. Kau masih mau dengar aku tidak? Bentak Fitri kesal.

Sampai dimana tadi? Oh ya, kau kaget melihatnya! Muka mu pasti merah karena malu. Dan kau tersipu-sipu menunduk.....” Dia juga kaget melihatku. Tapi aku lebih terkejut lagi, Wang. Sapu tangan yang dipakinya untuk menutup mulutnya waktu batuk tadi belum sempat di sembunyikannya......dan sapu tangan itu penuh dengan noda-noda darah! Kali Awang tidak menyela. Tidak mengejek. Dia hanya diam mendengarkan.

Hanya kepadaku akhirnya dia mau berterus terang. Dia mengidap tbc, Wang. Air mata mengalir deras ke pipoi Fitri. Kautahu artinya penyakit itu untuk seorang gutu!”

Dia tidak boleh lagi menjadi Guru!” seru Awang dengan mata terbelalak ketakutan. Dia sedang mengingat-ingat sudah berapa kalid ia berhadapan denga Pak Ion dan menghitung sudah berapa juta  kuman tbc yang sudah di transfer ke paru-parunya. Dia bisa menularkan penyakit itu kepada kita semua!”

Itu juga yyang menyusahkan hatinya. Dia harus lapor kepala sekolah! Kalau tidak biar kita yang lapor!” Dia pasti di hentikan, Wang!” Daripada kita kena sanatorium?”

Kau tidak mengerti. Pak Ion justru mengawatirkan kita. Pelajaran Kimia kita ketinggalan sekali. Masih banyak bahan yang belum diajarkan Pak Bemo padahal ujian sudah dekat. Cari guru lain! Aku tidak mau kelas kitaberubah menjadi sanatorium tbc.

Mencari Guru baru itu tidak gampang. Dan Guru baru perlu penyesuaian lagi. Ujian kita sudah dekat. Lebih baik nggak lulus daripada paru-paru ku bolong!” justru itu yang selalu dikeluhkan Pak Ion kepadaku. Wang. Dia bingung. Cuma kepadaku dia bisa mengadu.

Dan aku begitu sering ngobrol di dekatmu. Keluh Awang dalam hati. Entah sudah berapa banyak kuman tbc yang di paru-paru mu. Untung aku belum pernah mencium mu.

Pak Ion memang akhirnya keluar dari sekolah itu. Suatu hari dia dipanggil menghadap ke kantor kepala sekolah. Entah siapa yang mengadu. Salah seorang muridnya. Atau salah seorang rekannya sesama guru. Dia hanya meminta waktu untuk mencarikan seorang pengganti. Seorang Guru kimia yang bertanggung jawab. Selama itu dia berusaha sedapat mungkin tidak mngadakan kontak langsung dengan murid-muridnyaseperti yang selama ini dilakukanya.

Jika dia ingin batuk, dia akan menutup mulutnya baik-baik dengan sehelai sapu tangan tangan dan keluar dari kelas. Dia tidak membuang dahaknya di mana-mana. Dan dia berjanji akan berobat lebih rajin lagi.

Pak Ion memang hanya sebentar mengajrar di sekolah itu. Tetapi kesan yang di tinggalkanya sangat berbekas di hati murid-muridnya. Dalm waktu beberapa bulan saja. Dia telah melakukan  begitu banyak hal untuk mendidik murid-muridnya, jauh lebih berarti daripada yang telah dilakukan oleh guru-guru lain bertahun-tahun sebelumnya.

Di sana Pak Ion telah menerapkan wibawa seorang pendidik adalah pangkal kedisiplinan bagi anak didiknya. Sekaligus dia juga telah membuka mata rekan-rekannya, yang muda tak selalu salah. Kadang-kadang gurulah yang melopori kesalahan.

                                                ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

0 komentar: