BANGKU
yang paling belakang itu memang palin strategis. Tidak heran kalau selalu jadi
rebutan. Kalau musim ulangan, laci di bawah meja itu pasti penuh dengan buku
pintar. Tapi kalau lagi musim jambu, jambu pun bisa bersembunyi disitu. Apalagi
kalau datang-datang jam ngantuk. Seperti sekarang. Angin sepoi-sepoi yang
berhembus dari jendela di belakang bangku itu bisa membuat orang lupa mereka
berada didalam kelas. Bukan di kamar
tidur. Wina sudah dua kali menguap. Ira tiga kali. “Ngapain tadi malam?” bisik
Wina sambil menunduk lebih dalam. Pura-pura menyimak buku pelajaran bahasa
prancis diatas mejanya. “kamu ngelayap kemana?” Nonton silat.! Ira balaas berbisik.
Karcis jam tujuh sudah habis. Terpaksa menunggu pertunjukan terakhir. Pantas kamu
kayak nggak ketemu bantal seminggu. Gila! Ngantuknya bukan main ya, Win? Tangan
Ira meraba-raba kebawah laci mejanya, mencari-cari jambu yang tadi di
leatakanya disana. Sialan, Win, bisiknya geram. Ada yang ngambil jambu kita! Ah,
masa? Wina hampir lupa mereka ada di dalam kelas, bukan di gedung bioskop.tadi
aku yang taruh disitu........” nggak ada....”
Tangan Ira meraba-raba lebih jauh ke
dalam dan tiba-tiba......,tiba-tiba dia terjerit tertahan ketika ujung-ujung
jarinya menyentuh benda LUNAK yang BERBULU.....,berEKOR pula! Seluruh kelas
serentak menoleh kebelakang. Kearah Ira yang sedang terhenyak di kursinya
dengan wajah pucat pasi. Tangannya masih mencoba menutupi mulutnya sendiri. Tapi
jeritannya sudah sampai kedepan kelas. Ibu Surti terbelalak antara kaget dan marah. “Ada apa Ira?” bentaknya sengit. Dibantingnya
buku yang sedang di genggamnya ke atas meja. Lalu dengan langkah-langka yang
mampu mengusir sekompi nyamuk, dia menyerbu kebelakang. “Ada apa?”
Tetapi Ira sendiri belum mampu
membuka mulutnya. Dia Cuma membelalak ketakutan sambil menunjuk-nunjuk laci
yang ada di bawah mejanya. Sambil membungkuk ibu Surti ke bawah meja. Tangannya
menggapi-gapi ke dalam laciyang dalam dan sempit itu. Mati aku! Pikir Wina
gelisah. Kenapa Ira jadi begok begini? Kalau bu Surti tahu ada jambu di dalam
laci.................,tetapi tangan Ibu Surti keluar tidak dengan sebungkus
jambu. Sebaliknya dia cepat-cepat menarik tangannyua kembali seperti disengat
kala. Ketika dia sudah berdiri tegak kemabali, Wina hampir-hampir tidak berani
menatap wajahnya. Wajah itu pucat dan merah berganti-ganti. Tapi mata yang
membelalak di balik kaca mata itu....,astaga seramnya! Siapa yang melakukan
ini?” !
bentaknya sudah menggelagar ke seluruh kelas
sebelum separuh isi kelas itu tahu apa yang terjadi. Ada apa di dalam laci? Ibu
Surti tidak menunggu sampai murid di kelasnya berubah jadi lebah yang mendengung-dengung kebingungan. Dia meninggalkan
kelas itu dengan marah. Dan kembali bersama Pak Amat. Dalam waktu dua detik. Tukang
kebun itu sudah berhasil mengeluarkan bangkai seekor tikus dari laci di bawah meja Ira! Tapi tikus tidak sendirian
mati disana. Bersama bangkainya, di keluarkan juga sebungkus jambu.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Siapa
yang menaruh bangkai tikus itu disana? Mata ibu Surti yang penasaran
menjelajahi setiap penghuni kelas itu. Tidak ada yang mengaku? Baik! Kalian tidak
akan pulang sampai ada yang mengaku! Seluruh kelas jadi sepi seolah-olah ada
setan lewat. Putus asa karena tidak ada yang
mengaku. Akhirnya Ibu Surti menoleh pada Ira yang sedang menunduk
menanti hukuman. Ira , coba lihat kemari. Ira mengangkat wajah nya dengan lesu.
Kamu yang menaruh jambu itu dibawah meja? Dengan gugup Ira mengangguk. Matanya yang
ketakutan menggelepar-gelepar dengan paniknya seakan-akan mencari bantuan. Kalau
dia di hukum, biarlah semua yang makan jambu itu ikut di hukum juga. Jangan mau
enaknya saja. Wina yang duduk disampingnya. Dia yang membawa jambu itu. Dia yang
menaruhnya disana. Lena yang duduk di depannya. Dia selalu nebeng makanan
apapun yang ada di laci Ira. Dan Odi. Setan pemeras itu. ! secara kebetulan
saja Odi ikut kelompok mereka.dia duduk persis di sebelah Wina. Cuma dibatasi
sebuah gang. Suatu kali dia menangkap gerak tangan Wina ketika melemparkan
sepotong jambu ke mulutnya. Dan saat itu dia memaksa untuk ikut menjadi
anggota. Minta bagian setiap ada rezeki. Kalau tidak, katanya Sadis, kulaporkan
kamu!
Tahu
apa hukuman nya anak yang makan di kelas? Ibu Surti selalu menganggap mereka
masih anak-anak. Meskipun murid-muridnya sudah remaja semua. Setiap kali masuk
kelas suaranya pasti menggelegar. Anak-anak.............................” bukan
Cuma Ira yang bosan diperlakukan seperti anak kecil lagi. Teman-temannya juga. Tapi
saat ini dia lebih baik menunduk dari pada melawan. Memperlihatkan tanda
kejengkelan berarti menambah daftar dosa. Nanti kamu mesti menghadap suster
Cecilia. Kata ibu Surti dingin. Suster Cecilia adalah seorang kepala sekolah
mereka. Menghadap dia sama saja seperti menghadap KGB, Kiamat. Dan kamu, Wina! Hampir
copot jantung disana? Wina menggeleng ketakutan. Dia sampai lupa bernafas. Kamu
juga tidak, Odi? Tidak, Bu. Odi menggagap. Peluh dingin menetes di keningnya. Dan
ibu Surti membaca dusta di matanya. Bohong! Suara ibu Surti menggeledek lagi. Saya
tahu kamu berdusta. Kalau kamu tidak mau terus terang , kamu juga akan saya
kirim ke kantor suster Cecilia. Rosi , Bu. Odi melirik gadis yang berada di dua
baris di depannya. Ketika Rosi dengan menoleh marah padanya, Odi membalas
tatapnan Rosi dengan sejuta permintaan maaf di matanya. Waktu istirahat
tadi....,saya.....,saya lihat dia menaruh sesuatu di laci Ira.....,”
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Siang
itu juga sidang kilat diadakan di kantor kepala sekolah. Hakim ketua, suster
Cecilia sendiri, duduk dengan angkernya dikursi putar dibalikmeja tulisnya. Pak
Disman, wakilnya yang selalu mengangguk-ngangguk mengiakan apa saja perintah
suster Cecilia, duduk disampingnya. Di hadapan mereka, tegak terpekur dua
terdakwa menanti di vonis. Rosi dan Ira. Ibu Surti, jaksa penuntut dalam kasus
ini, tegak diantara mereka. Dia tetap berdiri tegak dihadapan mereka dengan
garangnya walaupun dibelakangnya ada kursi kosong. Apa maksudmu menaruh bangkai
tikus di laci Ira, Rosi? Tanay suster Cecilia dingin. Itu bukan bangku Ira, suster, sahut Rosi tersendat-sendat. Itu bangku
saya..... oh, jadi kamu berdua berebut duduk di belakang, hm? Supaya bisa makan
jambu di kelas? Supaya bisa nyontek pula. Ibu Surti menambahkan satu tuntan lagi. Tempat itu memang paling rawan kalau
ulangan. Pengadilan itu tidak makan
waktu lama. Tidak ada setengah jam. Hukuman
sudah dijatuhkan tanpa kesempatan naik banding lagi. Mereka diskors tiga hati.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Sudah
lama memang Ira dan Rosi saling mendendam. Soalnya bukan Cuma berebut bangku
saja. Mereka memprebutkan yang lain juga. Samsu tidak terlalu tampan. Tapi dia
menarik. Rajin. Pinter. Ulet. Dan punya punya seribu satu macam lagi sifat yang
membuat dia tampak seperti pahlawan bagi gadis-gadis remaja di sekolahnya. Sebenarnya
bukan hanya Ira dan Rosi yang memperebutkannya. Wina juga diam-diam sudah lama
naksir sama cowok yang satu ini. Tapi demi persahabatanya dengan Ira, dia memilih jadi penonton dari pada
peserta. Lagipula Wina sadar. Sam punya sepasang mata yang jeli. Dia pasti bisa
membandingkan. Betapa indahnya betis Ira dibandingkan betisnya. Betapa manisnya
senyum Rosi bila dibandingkan senyum Wina yang malu-malu.ah, pokoknya sudalah. Wina
sudah menyerah sebelum bertempur. Dia diam saja setip kali Ira menceritakan
persainganya dengan Rosi. Pura-pura jagi pendengar yang baik. Seperti siang ini . ketika Ira
pulang sambil mencak-mencak. Aku ingi sekali menjambak rambutnya dan
membenturkan kepalanya di tembok. !
geram Ira sambil menoleh-noleh kebelakang. Tentu saja maksudnya mencari Rosi. Tapi
yang dicari tidak kelihatan batang hidungnya. “Sudalah, Ir. “ kamu mau di hukum
lagi? Bujuk Wina. Penasaran! Kamu sih tidak mengalami sendiri! Enak saja bilang sudah, sudah! Dia sudah
ngumpet, Ir.! Sela Odi yang tahu-tahu sudah ada di belakang mereka. Sudah deh,
pulang saja yuk!
Usul apa? Bentak Ira curiga. Duh, kamu jangan galak-galak dong! Dengar dulu! Odi menoleh kebelakang terlebih dahulu sebelum membisikan usulnya di telinga Ira. Lena yang dari tadi diam saja menunduk menghitung kerikil. Sekarang ikut-ikutan mendekatkan telinganya. Wina juga tidak mau ketinggalan memasang kuping.
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Panitia
penyambutan Rosi sudah siap hari itu. Odi, Ira, Wina dan Lena menunggu dengan
hati berdebar-debar apa yang akan terjadi. Hari ini hari pertama Ira dan Rosi
masuk sekolah lagi. Berbeda dengan Ira yang dari pagi-pagi sekali sudah ada di
kelas. Rosi belum muncul sekalipun bel masuk hampir berbunyi. Gimana nih? Bisik
Wina gelisah. Sudah hampir bel dia belum nongol juga. Sialan! Dia tahu kali! Gerutu
Odi. Arsitek permainan konyol ini. Sengaja dia bolos lagi. ! gugup. Entar ke
buru Pak Iskak datang. Iya, Di. Lena ikut menimpali. Kalau Rosi datang pas
waktu Pak Iskak masuk. Gimana dong? Biarin!
Potong Ira judes. Pokonya kalian tahu beres saja. ! itu urusan ku sama Odi. Kalian
diam saja deh,. Rasanya dia nggak datang, Ir. Sesudah bel masuk berbunyi, Odi
sendiri ikut-ikutan bingung. Ambil baik saja ya? Pak Iskak sudah datang, . di! Teriak
Lena panik. Dia lari pontang ponting dari pintu masuk ke belakang. Dan cepat-cepat
duduk dibangkunya sendiri! Dia datang sama suster Cecilia.! “Buset!” keluh Odi
dengan napas memburu. Kenapa jadi KGB itu yang nongol!”? secepat kilat Odi naik
kebangku paling belakang di sudut dekat jendela. Dan mengambil sebutir telur
busuk yang tadi di letakannya diatas. Telur itu akan jatuh menimpa siapa saja
yang duduk di bangku paling belakang. Apalagi kalau dia tergesa-gesa menarik
bangkunya sebelum duduk. Sandaran bangku itu akan membentur bingkai jendela di
belakangnya. Getaran yang ditimbulkannya akan di salurkan ke telur yang sengaja di letakan di ujung’ tanduk’ itu. Telur
akan menggelinding dan menimpa kepala orang yang duduk dibangku yang di
bawahnya.
Sudah
berapa kali Odi mentes senjatanya. Dia yakin sekali! Tidak bakal gagal. Melihat
bengku di sudut itu masih kosong, Rosi akan bergegas duduk disana. Dan begitu
dia duduk, telur yang telah mereka sediakan akan meluncur keatas kepalanya. Odi
duduk di saat suster Cecilia memasuki kelas bersama pak Iskak. Buru-buru
disembunyikan telur itu di laci bawah mejanya. Dan dadanya jadi berdebar-debar
sendiri. Ada apa? Tidak biasanya suster Cecilia muncul di kelas pagi-pagi
begini. Anak-anak......katanaya dengan wajah yang semendung langit di luar sana. Hari ini tidak ada
pelajaran. ...ira dan Wina saling
berpandang tegang. Kita akan pergi bersam-sama kerumah Rosi. Suster baru saja
dapat kabar. Kemarin mendapat kecelakaan. Hah,?! Seluruh kelas itu serentak
kaget. Suster Cecilia diam menunggu sampai seisi kelas kambali tenang. Sambil menunggu
mereka , dia melakukan yang belum pernah mereka dilakukannya selama ini. Lebih-lebih
di depan murid-muridnya. Dia membuka kaca matanya. Dan menyeka air matanya. Didesak
perasaan tidak enak. Wina sampai melupakan rasa takutnya pada suster Cecilia. Dia
membuka mulitnya tanpa bisa di cegah lagi. Gawat , tidak suster? Suster Cecilia
menoleh kebelakang. Ke tempat Wina. Matanya menatap redup ketika lambat-lambat
bibirnya gemetar.
“Dia
meninggal.”
Sekali
lagi kelas jadi gaduh. Kali ini lebih ribut daripada tadi. Tidak sengaja tangan
Odi yang masih berada dalam laci mengepal. Dan telur yang disediakanya bagi
Rosi remuk dalam genggamanya. Hari ini kita mengatarkanya ketempat
peristirahatanya yang terakhir. Kata suster Cecilia ketika menjadi lebih
tenang. Tapi sebelumnya kita akan bersama-sama berdoa di kapel untuk arwah
Rosi. Ira merasa matanya menjadi panas. Rosi sudah meninggal. Hari ini dia
telah pergi, . sementara itu dia dan teman-temanya masih merencanakn untuk
mengolok-olokanya dengan sebutir telur busuk!
Tidaj sadar Ira meilirik kebangku yang ada di sudut itu. Bangku yang
paling belakang. Sekarang bangku itu telah kosong. Dan air mata ira menitik ke
pipinya.
*******************************
0 komentar:
Posting Komentar