Kamis, 31 Mei 2012

Sebuah Bangku Telah Kosong..




BANGKU yang paling belakang itu memang palin strategis. Tidak heran kalau selalu jadi rebutan. Kalau musim ulangan, laci di bawah meja itu pasti penuh dengan buku pintar. Tapi kalau lagi musim jambu, jambu pun bisa bersembunyi disitu. Apalagi kalau datang-datang jam ngantuk. Seperti sekarang. Angin sepoi-sepoi yang berhembus dari jendela di belakang bangku itu bisa membuat orang lupa mereka berada didalam  kelas. Bukan di kamar tidur. Wina sudah dua kali menguap. Ira tiga kali. “Ngapain tadi malam?” bisik Wina sambil menunduk lebih dalam. Pura-pura menyimak buku pelajaran bahasa prancis diatas mejanya. “kamu ngelayap kemana?” Nonton silat.! Ira balaas berbisik. Karcis jam tujuh sudah habis. Terpaksa menunggu pertunjukan terakhir. Pantas kamu kayak nggak ketemu bantal seminggu. Gila! Ngantuknya bukan main ya, Win? Tangan Ira meraba-raba kebawah laci mejanya, mencari-cari jambu yang tadi di leatakanya disana. Sialan, Win, bisiknya geram. Ada yang ngambil jambu kita! Ah, masa? Wina hampir lupa mereka ada di dalam kelas, bukan di gedung bioskop.tadi aku yang taruh disitu........” nggak ada....”

            Tangan Ira meraba-raba lebih jauh ke dalam dan tiba-tiba......,tiba-tiba dia terjerit tertahan ketika ujung-ujung jarinya menyentuh benda LUNAK yang BERBULU.....,berEKOR pula! Seluruh kelas serentak menoleh kebelakang. Kearah Ira yang sedang terhenyak di kursinya dengan wajah pucat pasi. Tangannya masih mencoba menutupi mulutnya sendiri. Tapi jeritannya sudah sampai kedepan kelas. Ibu Surti terbelalak antara kaget dan  marah. “Ada apa Ira?” bentaknya sengit. Dibantingnya buku yang sedang di genggamnya ke atas meja. Lalu dengan langkah-langka yang mampu mengusir sekompi nyamuk, dia menyerbu kebelakang. “Ada apa?”

            Tetapi Ira sendiri belum mampu membuka mulutnya. Dia Cuma membelalak ketakutan sambil menunjuk-nunjuk laci yang ada di bawah mejanya. Sambil membungkuk ibu Surti ke bawah meja. Tangannya menggapi-gapi ke dalam laciyang dalam dan sempit itu. Mati aku! Pikir Wina gelisah. Kenapa Ira jadi begok begini? Kalau bu Surti tahu ada jambu di dalam laci.................,tetapi tangan Ibu Surti keluar tidak dengan sebungkus jambu. Sebaliknya dia cepat-cepat menarik tangannyua kembali seperti disengat kala. Ketika dia sudah berdiri tegak kemabali, Wina hampir-hampir tidak berani menatap wajahnya. Wajah itu pucat dan merah berganti-ganti. Tapi mata yang membelalak di balik kaca mata itu....,astaga seramnya! Siapa yang melakukan ini?” !

 bentaknya sudah menggelagar ke seluruh kelas sebelum separuh isi kelas itu tahu apa yang terjadi. Ada apa di dalam  laci?  Ibu Surti tidak menunggu sampai murid di kelasnya berubah jadi lebah yang  mendengung-dengung kebingungan. Dia meninggalkan kelas itu dengan marah. Dan kembali bersama Pak Amat. Dalam waktu dua detik. Tukang kebun itu sudah berhasil mengeluarkan  bangkai seekor tikus dari laci  di bawah meja Ira! Tapi tikus tidak sendirian mati disana. Bersama bangkainya, di keluarkan juga sebungkus jambu.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^



Siapa yang menaruh bangkai tikus itu disana? Mata ibu Surti yang penasaran menjelajahi setiap penghuni kelas itu. Tidak ada yang mengaku? Baik! Kalian tidak akan pulang sampai ada yang mengaku! Seluruh kelas jadi sepi seolah-olah ada setan lewat. Putus asa karena tidak ada yang  mengaku. Akhirnya Ibu Surti menoleh pada Ira yang sedang menunduk menanti hukuman. Ira , coba lihat kemari. Ira mengangkat wajah nya dengan lesu. Kamu yang menaruh jambu itu dibawah meja? Dengan gugup Ira mengangguk. Matanya yang ketakutan menggelepar-gelepar dengan paniknya seakan-akan mencari bantuan. Kalau dia di hukum, biarlah semua yang makan jambu itu ikut di hukum juga. Jangan mau enaknya saja. Wina yang duduk disampingnya. Dia yang membawa jambu itu. Dia yang menaruhnya disana. Lena yang duduk di depannya. Dia selalu nebeng makanan apapun yang ada di laci Ira. Dan Odi. Setan pemeras itu. ! secara kebetulan saja Odi ikut kelompok mereka.dia duduk persis di sebelah Wina. Cuma dibatasi sebuah gang. Suatu kali dia menangkap gerak tangan Wina ketika melemparkan sepotong jambu ke mulutnya. Dan saat itu dia memaksa untuk ikut menjadi anggota. Minta bagian setiap ada rezeki. Kalau tidak, katanya Sadis, kulaporkan kamu!

Tahu apa hukuman nya anak yang makan di kelas? Ibu Surti selalu menganggap mereka masih anak-anak. Meskipun murid-muridnya sudah remaja semua. Setiap kali masuk kelas suaranya pasti menggelegar. Anak-anak.............................” bukan Cuma Ira yang bosan diperlakukan seperti anak kecil lagi. Teman-temannya juga. Tapi saat ini dia lebih baik menunduk dari pada melawan. Memperlihatkan tanda kejengkelan berarti menambah daftar dosa. Nanti kamu mesti menghadap suster Cecilia. Kata ibu Surti dingin. Suster Cecilia adalah seorang kepala sekolah mereka. Menghadap dia sama saja seperti menghadap KGB, Kiamat. Dan kamu, Wina! Hampir copot jantung disana? Wina menggeleng ketakutan. Dia sampai lupa bernafas. Kamu juga tidak, Odi? Tidak, Bu. Odi menggagap. Peluh dingin menetes di keningnya. Dan ibu Surti membaca dusta di matanya. Bohong! Suara ibu Surti menggeledek lagi. Saya tahu kamu berdusta. Kalau kamu tidak mau terus terang , kamu juga akan saya kirim ke kantor suster Cecilia. Rosi , Bu. Odi melirik gadis yang berada di dua baris di depannya. Ketika Rosi dengan menoleh marah padanya, Odi membalas tatapnan Rosi dengan sejuta permintaan maaf di matanya. Waktu istirahat tadi....,saya.....,saya lihat dia menaruh sesuatu di laci Ira.....,”

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^



Siang itu juga sidang kilat diadakan di kantor kepala sekolah. Hakim ketua, suster Cecilia sendiri, duduk dengan angkernya dikursi putar dibalikmeja tulisnya. Pak Disman, wakilnya yang selalu mengangguk-ngangguk mengiakan apa saja perintah suster Cecilia, duduk disampingnya. Di hadapan mereka, tegak terpekur dua terdakwa menanti di vonis. Rosi dan Ira. Ibu Surti, jaksa penuntut dalam kasus ini, tegak diantara mereka. Dia tetap berdiri tegak dihadapan mereka dengan garangnya walaupun dibelakangnya ada kursi kosong. Apa maksudmu menaruh bangkai tikus di laci Ira, Rosi? Tanay suster Cecilia dingin. Itu bukan bangku  Ira, suster, sahut Rosi tersendat-sendat. Itu bangku saya..... oh, jadi kamu berdua berebut duduk di belakang, hm? Supaya bisa makan jambu di kelas? Supaya bisa nyontek pula. Ibu Surti menambahkan satu tuntan  lagi. Tempat itu memang paling rawan kalau ulangan.  Pengadilan itu tidak makan waktu  lama. Tidak ada setengah jam. Hukuman sudah dijatuhkan tanpa kesempatan naik banding lagi. Mereka diskors tiga hati.

            ^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Sudah lama memang Ira dan Rosi saling mendendam. Soalnya bukan Cuma berebut bangku saja. Mereka memprebutkan yang lain juga. Samsu tidak terlalu tampan. Tapi dia menarik. Rajin. Pinter. Ulet. Dan punya punya seribu satu macam lagi sifat yang membuat dia tampak seperti pahlawan bagi gadis-gadis remaja di sekolahnya. Sebenarnya bukan hanya Ira dan Rosi yang memperebutkannya. Wina juga diam-diam sudah lama naksir sama cowok yang satu  ini.  Tapi demi persahabatanya dengan  Ira, dia memilih jadi penonton dari pada peserta. Lagipula Wina sadar. Sam punya sepasang mata yang jeli. Dia pasti bisa membandingkan. Betapa indahnya betis Ira dibandingkan betisnya. Betapa manisnya senyum Rosi bila dibandingkan senyum Wina yang malu-malu.ah, pokoknya sudalah. Wina sudah menyerah sebelum bertempur. Dia diam saja setip kali Ira menceritakan persainganya dengan Rosi. Pura-pura jagi pendengar  yang baik. Seperti siang ini . ketika Ira pulang sambil mencak-mencak. Aku ingi sekali menjambak rambutnya dan membenturkan kepalanya  di tembok. ! geram Ira sambil menoleh-noleh kebelakang. Tentu saja maksudnya mencari Rosi. Tapi yang dicari tidak kelihatan batang hidungnya. “Sudalah, Ir. “ kamu mau di hukum lagi? Bujuk Wina. Penasaran! Kamu sih tidak mengalami sendiri!  Enak saja bilang sudah, sudah! Dia sudah ngumpet, Ir.! Sela Odi yang tahu-tahu sudah ada di belakang mereka. Sudah deh, pulang saja yuk!



           Pulang! Pulang! Geram Ira gemas. Dasar pengecut! Jambunya mau, kalau ketahuan pada lari semua! Abis kita mau apa? Demonstrasi depan kantor? Menuntut pembebasanmu? Solider dong! Ikut bolos tiga hari? Kita keroyok Rosi! Wah, itu kriminil, Ir.! Pokonya aku tunggu di sini! Desis Ira panas. Tatapanya yang berapi-api masih berkeliaran mencari-cari Rosi. Kalau kalian takut, pulang saja! Wah, gawat, dengus Wina cemas. Aku ada usul, Ir, bisik Odi tiba-tiba. Dari pada kita di donder suster Cecilia karena ngeroyok dia......,
Usul apa? Bentak Ira curiga. Duh, kamu jangan galak-galak dong! Dengar dulu!  Odi menoleh kebelakang terlebih dahulu sebelum membisikan usulnya di telinga Ira. Lena yang dari tadi diam saja menunduk menghitung kerikil. Sekarang ikut-ikutan mendekatkan telinganya.  Wina juga tidak mau ketinggalan memasang kuping.


&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&



Panitia penyambutan Rosi sudah siap hari itu. Odi, Ira, Wina dan Lena menunggu dengan hati berdebar-debar apa yang akan terjadi. Hari ini hari pertama Ira dan Rosi masuk sekolah lagi. Berbeda dengan Ira yang dari pagi-pagi sekali sudah ada di kelas. Rosi belum muncul sekalipun bel masuk hampir berbunyi. Gimana nih? Bisik Wina gelisah. Sudah hampir bel dia belum nongol juga. Sialan! Dia tahu kali! Gerutu Odi. Arsitek permainan konyol ini. Sengaja dia bolos lagi. ! gugup. Entar ke buru Pak Iskak datang. Iya, Di. Lena ikut menimpali. Kalau Rosi datang pas waktu  Pak Iskak masuk. Gimana dong? Biarin! Potong Ira judes. Pokonya kalian tahu beres saja. ! itu urusan ku sama Odi. Kalian diam saja deh,. Rasanya dia nggak datang, Ir. Sesudah bel masuk berbunyi, Odi sendiri ikut-ikutan bingung. Ambil baik saja ya? Pak Iskak sudah datang, . di! Teriak Lena panik. Dia lari pontang ponting dari pintu masuk ke belakang. Dan cepat-cepat duduk dibangkunya sendiri! Dia datang sama suster Cecilia.! “Buset!” keluh Odi dengan napas memburu. Kenapa jadi KGB itu yang nongol!”? secepat kilat Odi naik kebangku paling belakang di sudut dekat jendela. Dan mengambil sebutir telur busuk yang tadi di letakannya diatas. Telur itu akan jatuh menimpa siapa saja yang duduk di bangku paling belakang. Apalagi kalau dia tergesa-gesa menarik bangkunya sebelum duduk. Sandaran bangku itu akan membentur bingkai jendela di belakangnya. Getaran yang ditimbulkannya akan di salurkan ke telur yang  sengaja di letakan di ujung’ tanduk’ itu. Telur akan menggelinding dan menimpa kepala orang yang duduk dibangku yang di bawahnya.

Sudah berapa kali Odi mentes senjatanya. Dia yakin sekali! Tidak bakal gagal. Melihat bengku di sudut itu masih kosong, Rosi akan bergegas duduk disana. Dan begitu dia duduk, telur yang telah mereka sediakan akan meluncur keatas kepalanya. Odi duduk di saat suster Cecilia memasuki kelas bersama pak Iskak. Buru-buru disembunyikan telur itu di laci bawah mejanya. Dan dadanya jadi berdebar-debar sendiri. Ada apa? Tidak biasanya suster Cecilia muncul di kelas pagi-pagi begini. Anak-anak......katanaya dengan wajah yang semendung  langit di luar sana. Hari ini tidak ada pelajaran. ...ira dan Wina  saling berpandang tegang. Kita akan pergi bersam-sama kerumah Rosi. Suster baru saja dapat kabar. Kemarin mendapat kecelakaan. Hah,?! Seluruh kelas itu serentak kaget. Suster Cecilia diam menunggu sampai seisi kelas kambali tenang. Sambil menunggu mereka , dia melakukan yang belum pernah mereka dilakukannya selama ini. Lebih-lebih di depan murid-muridnya. Dia membuka kaca matanya. Dan menyeka air matanya. Didesak perasaan tidak enak. Wina sampai melupakan rasa takutnya pada suster Cecilia. Dia membuka mulitnya tanpa bisa di cegah lagi. Gawat , tidak suster? Suster Cecilia menoleh kebelakang. Ke tempat Wina. Matanya menatap redup ketika lambat-lambat bibirnya gemetar.

“Dia meninggal.”

Sekali lagi kelas jadi gaduh. Kali ini lebih ribut daripada tadi. Tidak sengaja tangan Odi yang masih berada dalam laci mengepal. Dan telur yang disediakanya bagi Rosi remuk dalam genggamanya. Hari ini kita mengatarkanya ketempat peristirahatanya yang terakhir. Kata suster Cecilia ketika menjadi lebih tenang. Tapi sebelumnya kita akan bersama-sama berdoa di kapel untuk arwah Rosi. Ira merasa matanya menjadi panas. Rosi sudah meninggal. Hari ini dia telah pergi, . sementara itu dia dan teman-temanya masih merencanakn untuk mengolok-olokanya dengan sebutir telur busuk!  Tidaj sadar Ira meilirik kebangku yang ada di sudut itu. Bangku yang paling belakang. Sekarang bangku itu telah kosong. Dan air mata ira menitik ke pipinya.

                                   

                                    *******************************

0 komentar: